Jumat, 31 Agustus 2012

KERAK KEPALA PADA BAYI



Kalau dibiarkan bisa berbahaya, lo. Bisa meluas sampai ke seluruh tubuh. Peradangannya pun makin berat. Apa penyebab kerak kepala dan bagaimana menghilangkannya?
Sarap, sumbukan, sawan, ataupun ketombe adalah istilah awam untuk kerak di kepala bayi. Dalam dunia kedokteran, seperti dituturkan dr. Ari Muhandari Ardhie, Sp.KK dari RSAB Harapan Kita Jakarta, kerak kepala disebut dermatitis seboroik. Yakni peradangan pada daerah yang kaya akan sebasea (kelenjar minyak atau kelenjar lemak kulit).
Dermatitis seboroik ada yang ringan dan berat. Yang ringan disebut dandruff, yakni berupa sisik-sisik berwarna kekuningan. "Jika sisik-sisik tersebut menebal sampai menutupi seluruh kepala disebut cradle crap. Ini yang berat. Karena bisa meluas ke seluruh daerah yang kaya akan kelenjar minyak. Misalnya, alis mata, lipatan antara hidung dan mulut, dan terus meluas sampai ke dada hingga seluruh tubuh," terang Ari.
DISFUNGSI KELENJAR MINYAK
Biasanya, seperti dituturkan Ari, kerak kepala muncul pada saat bayi berusia 12 minggu pertama kehidupannya. Apa penyebabnya, belum diketahui secara pasti. "Tapi pada dasarnya merupakan disfungsi atau gangguan fungsi kelenjar minyak pada rambut," jelasnya.
Bayi baru lahir, terangnya lebih lanjut, memiliki banyak kelenjar minyak dengan pengeluaran sebum (bahan seperti minyak atau kelenjar lemak) yang banyak. "Nah, aktivitas kelenjar minyak ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya ialah hormon kehamilan atau hormon androgen pada bayi dari sang ibu, yang diperoleh melalui plasenta ketika masih di rahim dan kadarnya masih meninggi sampai si bayi lahir."
Kerak yang muncul oleh disfungsi kelenjar minyak ini, biasanya akan mengelupas dan jatuh setelah terlepas dari epidermis (kulit ari). Tapi karena kulit kepala bayi juga berkontak dengan lingkungan seperti debu dan kotoran lain, maka debu/kotoran tersebut akan melekat di kulit kepala yang berminyak. Sehingga timbullah sisik-sisik halus, yang bila dibiarkan akan semakin menebal membentuk kerak yang oleh awam disebut sarap/sumbukan/ sawan/ketombe tersebut atau dermatitis seboroik ringan.
Biasanya ketika bayi usia 8-12 bulan, kerak kepala ini akan sembuh sendiri walau tanpa pengobatan. Lantaran di usia tersebut, jumlah hormon androgennya berkurang, sehingga produksi kelenjar minyaknya tak sebanyak di awal-awal kelahiran. Kendati demikian, bukan berarti sang ibu lantas boleh membiarkan saja si kerak. Karena kalau tidak dibersihkan, bisa menyebabkan kelainan kulit yang berat.
IBU KURANG PEDULI
Perlu diketahui, ternyata tak semua bayi mengalami kerak kepala. Apa penyebabnya, menurut Ari, juga belum diketahui secara pasti. "Sampai saat ini dunia kedokteran hanya dapat memprediksikan." Tapi biasanya, jika kerak kepala ini masih tetap ada sampai si bayi usia setahun (peradangan berat), bisa disebabkan oleh 2 faktor.
Yang pertama karena ada kelainan atopik, yakni kelainan yang didasarkan oleh alergi. Misalnya di dalam keluarga ada yang asma, sering bersin, eksim susu pada bayi atau sebagian bentuk biduran. "Dari hasil pengamatan, anak-anak yang mempunyai riwayat alergi di keluarga seperti itu, umumnya peradangan yang terjadi berat."
Faktor ke-2 ialah sikap ibu yang kurang peduli. Lantaran si ibu menganggap kerak kepala tak perlu dikhawatirkan karena nantinya akan hilang sendiri. "Apalagi bayinya juga tidak gelisah, karena dermatitis seboroik yang murni tak disertai rasa gatal."
Tapi, seperti sudah dipaparkan di atas, kerak kepala yang dibiarkan akan menyebabkan kelainan kulit yang berat. Karena bisa saja si bayi ternyata punya alergi. Kalau sudah begitu, diperlukan intervensi dokter karena harus mendapatkan pengobatan.

Tidak ada komentar: