Seputar pertumbuhan gigi anak dari milis nakita,
dengan tajuk: “Mengatasi panas dan rewel kala hendak tumbuh gigi”
Kadang bayi rewel, tubuhnya hangat, dan tak nafsu
makan gara-gara hendak tumbuh gigi. Walaupun akan hilang dengan sendirinya,
tapi ada baiknya orang tua mencoba mengatasinya. “Kok, kayaknya akhir-akhir ini
si Riska agak rewel, makannya susah dan badannya agak hangat. Jangan-jangan dia
mau tumbuh gigi.” Demikianlah biasanya praduga sebagian ibu-ibu. Namun benarkah
semua gejala tadi pertanda hendak tumbuh gigi?
Menurut drg. Taty Z. Cornain, SpKGA, dari RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, adakalanya memang kala hendak tumbuh gigi, bayi jadi rewel,
tubuhnya sumeng/hangat, nafsu makannya berkurang. Namun adakalanya pula tak ada
gejala berarti. Dalam arti, aman-aman saja. “Reaksi tersebut tergantung pada
daya tahan tubuhnya atau ketahanan daya ambang sakitnya, yang pada tiap bayi
berbeda-beda. Jadi, sifatnya individual sekali.” HILANG BEGITU GIGI MUNCUL
Biasanya, kalau daya tahan tubuh si bayi bagus, saat tumbuh gigi tak selalu
bereaksi tubuh hangat. Jikapun hangat, mirip gejala awal mau flu. Hanya saja di
sini tak disertai gejala flu, semisal bersin atau batuk dan lainnya. Yang
justru harus diwaspadai bila suhu tubuhnya antara 38,540 derajat Celcius,
perlu dicurigai ada penyakit lain. Sumeng gara-gara mau tumbuh gigi ini bisa
berlangsung kira-kira 1-3 hari. “Tapi tak usah khawatir. Didiamkan saja pun,
sumeng-nya akan hilang sendiri,” bilang Taty. Hanya saja, tambahnya, umumnya
orang tua langsung panik jika tubuh bayinya hangat. “Takut panasnya makin
tinggi dan si bayi lantas kejang atau stuip. Sehingga mereka biasanya langsung
melakukan tindakan preventif, yaitu diberikan obat penurun panas.”
Selain gejala hangat, sudah pasti bayi akan rewel
karena ia tak bisa mengeluhkan rasa sakitnya. Rewel yang menyertainya juga
paling lama seminggu. Begitu pun dengan perasaan tak enak di mulutnya hingga
jadi malas makan atau mengunyah, serta nafsu makan yang berkurang. Biasanya hal
ini tak berlangsung terus-menerus. Kalau giginya sudah nongol atau kelihatan
sedikit saja, entah 1 atau 2 milimeter, biasanya dampak yang ditimbulkannya,
semisal rewel atau tak enak di mulut, pun hilang. Saat itu, papar Taty, benih
gigi akan keluar dari tempatnya di dalam tulang rahang dan sampai akhirnya
muncul gigi di gusi. Gusi akan sedikit tampak agak pucat dan agak menonjol
dibanding gusi di sebelahnya. Dalam proses keluarnya gigi dari tulang rahang
ini, ia akan menembus gusi, sehingga terasa sakit. “Seolah gusi tersebut
terkena luka atau sayatan, maka akan terasa sakit.” Proses timbulnya gigi dari
bawah ke atas ini tak bisa diukur berapa lama. Juga, sampai di mana posisi
giginya sebelum menembus gusi hanya bisa dilihat dengan foto rontgen.
TAK MESTI PADA USIA 6 BULAN Umumnya bayi mulai tumbuh
gigi di usia 6-12 bulan, dan sempurnanya sampai usia 24 bulan. Meski ada juga
bayi yang tumbuh giginya sebelum usia 6 bulan. “Ini merupakan salah satu bentuk
kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi,” jelas Taty. Biasanya, yang berupa
kelainan ini, begitu lahir si bayi sudah ada giginya, dikenal dengan istilah
gigi natal. “Gigi natal ini tumbuh tak tentu, kadang di bagian depan atas,
kadang di bagian bawah. Yang jelas, ia jarang tumbuh di bagian belakang.
Banyaknya pun hanya satu buah.” Sementara kelainan gigi susu yang tumbuhnya
pada bulan pertama setelah kelahiran dikenal dengan gigi neonatal. Seperti
halnya gigi natal, pada kelainan gigi neonatal pun belum tentu bayi mengalami
gejala sakit tumbuh gigi. “Apalagi ini hanya suatu kelainan bentuk pertumbuhan
dan perkembangan gigi saja,” terang Taty. Jadi, Bu-Pak, tak setiap kali tumbuh
gigi, bayi akan merasa sakit alias sifatnya sangat variatif. Mungkin ada gigi
yang menembus jaringan yang lebih padat dan ada yang tidak. Biasanya kalau
menembus jaringan yang padat, dia akan merasakan sakit. Jadi, tergantung
kepadatan jaringan yang ditembusnya. Hanya kita tak bisa memastikan bagian mana
yang lebih tebal dan yang tidak. HARUS DIATASI Jadi, ulas Taty, jika tumbuh
gigi pada bayi tak bermasalah, maka didiamkan saja juga tak apa-apa. Hanya
kalau bayinya jadi sangat rewel, tampak tak tahan sakit, serta badannya
hangat/sumeng, sebaiknya orang tua mencoba mengatasinya dengan memberikan obat
penurun panas sebagai pertolongan pertama atau penolong.
Seringkali, bayi yang sakit karena tumbuh gigi dibawa
ke dokter anak, bukan ke dokter gigi. Soalnya, terang Taty, jika bayi tubuhnya
hangat, orang tua lebih curiga bukan tumbuh gigi, tapi penyakit lainnya seperti
panas karena demam berdarah, tifus, dan lainnya.” Namun, walau bukan dokter
gigi, dokter anak pun bisa mengetahui apakah si bayi sakit karena tumbuh gigi
atau bukan. “Bila suhunya tak terlalu tinggi dan tak ada gejala seperti batuk,
pilek, dan lainnya, dokter akan melihat kondisi mulutnya. Jika ada sesuatu pada
gusinya, seperti warna gusi yang lebih pucat dan agak menonjol dibanding sisi
lainnya, maka diduga hangat tubuhnya berasal dari gigi yang mau tumbuh.” Biasanya
dokter akan memberikan obat-obatan yang mengandung analgesik dan antipiretik
sebagai obat-obatan penghilang rasa sakit. Obat-obatan tersebut berada dalam
kandungan obat-obat penurun panas. “Barulah kalau ada suatu masalah pada
giginya, misal, bengkak sekali dan agak kebiruan karena ada pembuluh darahnya
yang terjepit, dirujuk ke dokter gigi.” Sedangkan bila nafsu makannya jadi
berkurang, tentu saja tak bisa didiamkan terus. Biar bagaimanapun tetap harus
diberikan makanan. Karena masih bayi, tentunya makanan yang diberikan pun tak
terlalu keras, tapi yang cair. Kalaupun tumbuhnya sesudah 6 bulan dan ia sudah
makan tim, maka berikan makanan yang agak lunak, misal, dengan diblender. “Yang
pasti, harus dihindari makanan yang agak keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar